Beranda/Blog/Mengenal KUPAS: Mitra Olah Pasti Angkut 

Mengenal KUPAS: Mitra Olah Pasti Angkut 

Pasti Angkut / 15 Oktober 2022
Mengenal KUPAS: Mitra Olah Pasti Angkut  | Pasti Angkut

Kelompok Usaha Pengelola Sampah (KUPAS) hadir sebagai jawaban atas permasalahan sampah yang ada di Yogyakarta. Permasalahan sampah acapkali menghantui provinsi yang dihuni lebih dari 3 juta orang ini. 

Mayoritas pembuangan sampah di Yogyakarta mengarah ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan. Namun, masalahnya akhir-akhir ini pengelolaan sampah di TPST Piyungan tersebut selalu mengalami kemandekan. Mulai dari penjemputan sampai ke tahap pengiriman sampah selalu macet di perjalanan. 

Hadirnya KUPAS adalah salah satu tawaran alternatif kepada masyarakat Yogyakarta, bahwa tempat pembuangan sampah tidak hanya ada di TPST Piyungan saja. KUPAS yang berada di Panggungharjo, Sewon, Bantul menawarkan solusi baru penjemputan sampah. 

Hal tersebut sama seperti yang diutarakan Sekar Satriani, selaku Manajer KUPAS. Menurut Sekar, bahwa hadirnya KUPAS di Panggungharjo adalah sebagai upaya pemecahan atas masalah sampah yang ada di Yogyakarta. 

“KUPAS adalah salah satu unit usahanya bumdes yang pertama kali dibangun 2013. Jadi sudah hampir satu dekade. Pertama didirikan karena dari permasalahan yang ada, mulai dari jalan Miri sampai Samsat dijadikan tempat pembuangan sampah sembarangan. Permasalahan utama adanya sampah itu,” kata Sekar saat ditemui pada Jumat (14/10). 

Menurutnya, selagi manusia masih hidup, pasti akan menghasilkan sampah. Hadirnya KUPAS benar-benar fokus pada pengelolaan sampah. 

Beda dengan tempat pengelolaan sampah lainnya, KUPAS menawarkan pemrosesan sampah sampai purna. Bahwa semua sampah akan diolah sampai benar-benar tidak tersisa. 

“Dari sampah plastik yang ada di KUPAS bakal dioleh oleh termoplas dan bakalan menghasilkan produk baru yang bermanfaat. Kayak komposit yang hampir sama kayak batang kayu. Nah, itu bisa untuk kusen atau gawang pintu,” tutur Sekar. 

Selain mampu mengolah sampah sampai purna, KUPAS bersama Pasti Angkut turut serta dalam menciptakan perilaku baru di masyarakat. Ekosistem baru tersebut adalah mengubah pola perilaku masyarakat dalam hal memilah sampah. 

Menurut Sekar, dari tahun 2013 sampai 2018, warga yang memilah sampah di rumah masih sangat kecil, yakni 18 persen saja. Kemudian di tahun 2019 mengalami peningkatan menjadi 35 persen warga mau memilah sampahnya mulai dari rumah. 

Adanya pemilahan sampah mulai dari rumah tentu akan berdampak baik. Mulai dari proses penjemputan, sampai proses penimbangan sampah pun menjadi lebih murah. 

Pasti Angkut yang menjadi layanan penjemputan sampah hanya akan menimbang per kilo seharga 1.000 rupiah saja untuk sampah residu. Jenis sampah residu seperti halnya kertas kecil, plastik kecil, tisue, popok, pembalut, dan sejenisnya. 

Jadi, supaya mendapatkan harga murah saat menyetor sampah, maka memilah adalah cara terbaik. Dengan memilah, tentu sampah tidak akan kena timbang semua. 

KUPAS yang mempekerjakan sebanyak 38 orang ini setidaknya telah menjadi representasi bagaimana sampah bisa berhenti di tingkat desa. Lebih dari itu, jika dikembangkan, dalam hal ini mampu menyentuh seluruh wilayah di Yogyakarta, permasalahan sampah pun akan teratasi. 

Tabik! 


*Pasti Angkut/Nardi

Bagikan

mail