Beranda/Blog/Plastik dan Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan 

Plastik dan Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan 

Pasti Angkut / 28 Oktober 2022
Plastik dan Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan  | Pasti Angkut

Sejarah perkembangan plastik di Indonesia bisa dilihat sejak awal dekade 50-an. Pada dekade tersebut menjadi titik penting sejarah plastik di Indonesia. Sebanyak 12 perusahaan plastik sudah didirikan di Jawa. 

Memasuki dekade 60-an, produk-produk berbahan dasar plastik terus mengalami perkembangan dan terobosan baru. Pada dekade ini plastik dimanfaatkan sebagai bahan dasar pipa air. 

Pipa air yang awalnya berbahan dasar besi atau logam dianggap tidak tahan terhadap air. Biasanya akan lebih cepat karatan. Beda dengan bahan dasar plastik, pipa paralon (sebutan pipa plastik) mampu terhidar dari karat. 

Pada dekade tersebut setidaknya telah menjadi awal bagi Indonesia mengenal pipa berbahan dasar plastik. Sekaligus dianggap sebagai suatu revolusi di bidang industri plastik. 

Memasuki periode 70-an, dominasi plastik semakin tak terbendung. Plastik tak hanya digunakan sebagai pipa air, namun pada periode ini plastik digunakan sebagai kemasan air mineral. 

Perkembangannya yang begitu pesat, penggunaan plastik pun ternyata melebihi ekspektasi. Plastik pada dewasa ini bisa digunakan di berbagai bidang kehidupan. Mulai dari alat masak, mainan anak, alat listrik, dan lain sebagainya. Begitu banyak. 

Namun, dari perkembangan yang begitu pesat itu, plastik tentu sangat berdampak. Sampah yang dihasilkan dari plastik menjadi ancaman terhadap lingkungan. 

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat jumlah timbunan sampah Indonesia pada tahun 2016 mencapai 66 juta ton/tahun. Dari total jumlah tersebut, sebanyak 16 persen adalah sampah plastik. 

Kemudian pada tahun 2021, KLHK mencatat total sampah nasional mencapai 68,5 juta ton/tahun. Dari total jumlah tersebut, 17 persen atau sebanyak 11,6 juta ton disumbang oleh sektor sampah plastik. 

Paling tidak membutuhkan waktu 400 tahun untuk mengurai sampah plastik. Sungguh waktu yang tidak sebentar. Jika rata-rata usia manusia 50 tahun, maka butuh 8 generasi barulah sampah plastik dapat terurai. 

Dari alasan susah diurainya sampah plastik tersebut, tentu menjadi perhatian kita semua. Jika sampah plastik tidak ditangani secara serius, maka bumi akan semakin terancam. 

Dampak Sampah Plastik 

Seperti yang sudah dijelaskan pada artikel sebelumnya, bahwa benda bernama plastik ini mengandung zat kimia. Kandungan zat kimia tersebut mempunyai risiko terhadap kesehatan tubuh kita. 

Salah satu jenis plastik yang cukup berbahaya adalah jenis polyvinyl chlorida (PVC). Jenis plastik ini memiliki sifat lembut, fleksibel, dan bisa didaur ulang. Biasanya digunakan untuk pembuatan botol detergen, botol sampo, botol sabu, pipa paralon, komponen kabel, dan mainan anak-anak.  

Jenis plastik tersebut, dalam hal penggunaannya, tidak boleh digunakan untuk menyimpan makanan dan minuman. Sebab, dalam kandungan plastik PVC terdapat zat diethylhydroxylamine yang dapat merusak ginjal dan hati. 

Selain polyvinyl chlorida, jenis plastik lain yang cukup berbahaya bagi kita yakni polystyrene. Jenis plastik yang murah, ringan, dan mudah dibentuk ini digunakan sebagai pembuatan styrofoam, botol minuman ringan, karton, dan kotak makan.   

Jenis plastik tersebut terdapat zat styrene yang bisa keluar ketika terkena makanan atau minuman dalam keadaan panas.  Zat styrene yang ada dalam kandungan plastik ini dilaporkan banyak menimbulkan masalah kesehatan. Seperti kerusakan otak, mengganggu hormon estrogen pada perempuan, dan mengganggu sistem saraf. 

Sampah Plastik di Laut 

Selain berdampak terhadap kesehatan manusia, plastik juga berdampak terhadap lingkungan alam. Sampah limbah plastik sampai saat ini masih menjadi penyumbang kerusakan lingkungan hidup. 

Dewasa ini sampah plastik pun tidak hanya ada di daratan saja, melainkan sudah merembet sampai di lautan. Sungguh miris, tapi ini adalah fakta yang terjadi. 

KLHK pada tahun 2020 mencatat wilayah lautan Indonesia sudah tercemar oleh sekitar 1.772,7 gram sampah per meter persegi (g/m2). Itu baru dalam skala per meter persegi. 

Jika dihitung keseluruhan lautan Indonesia yang totalnya 3,25 juta km2, bisa diperkirakan bahwa jumlah sampah di laut secara menyeluruh sudah mencapai 5,75 juta ton. 

Dikutip dari databoks.katadata.co.id, jenis sampah yang paling banyak ditemukan adalah sampah plastik, dengan bobot seberat 627,80 g/m2. Jumlah itu memiliki proporsi 35,4% dari total sampah di laut Indonesia pada 2020. 

Bayangkan saja bagaimana keadaan lautan kita. Penuh dengan sampah. 

Salah satu bahaya laten yang ada di depan kita adalah ketika sampah partikel-partikel plastik masuk ke dalam tubuh biota laut. Sampah plastik pun bisa menjadi pembunuh makhluk hidup di lautan. 

Selain itu, jika partikel plastik masuk ke dalam daging ikan, maka dalam jangka panjang manusia juga akan terkena dampaknya. Hal itu terjadi karena manusia mengonsumsi ikan dan produk-produk dari laut. 

Jadi, sekali lagi, bijak berplastik sangatlah penting demi menjaga keberlangsungan hidup di bumi. Bisa mulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar kita. 

Bumi adalah ibu. Tempat kita lahir dan tumbuh. Maka, sudah seyogianya kita berbuat baik dan merawat ibu. 

_______________

*Pasti Angkut/Nardi

Bagikan

mail